Kementerian Agama melalui Direktorat Penerangan Agama Islam menggelar penguatan Pokja Kampung Moderasi Beragama (KMB) lintas kementerian dan lembaga di Gereja Toraja Jemaat Keramat-Klasis Pulau Jawa di Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (25/3/2024). Sebanyak 100 peserta undangan hadir dari penyuluh berbagai agama, pimpinan ormas keagamaan, tokoh masyarakat, dan elemen lainnya. Mereka juga mendapatkan buku Moderasi Beragama yang ditulis Menteri Agama 2014-2019, Lukman Hakim Saifuddin.
Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Kampung Moderasi Beragama seharusnya jangan menyeragamkan yang berbeda, tetapi menyikapi keragaman dengan kearifan. Menurut dia, dalam ajaran Islam, Allah menciptakan manusia dengan segala perbedaannya, baik dari sisi jenis kelamin, suku, maupun bangsa, agar mereka saling mengenal, berkomunikasi, mengisi, melengkapi, dan bersinergi.
“Kalau seragam, tidak ada yang bisa disinergikan,” kata Lukman Hakim saat mengisi acara Penguatan Pokja Kampung Moderasi Beragama (KMB) Lintas Kementerian dan Lembaga di Gereja Toraja Jemaat Keramat-Klasis Pulau Jawa di Cilincing, Jakarta Utara, Senin (25/3/2024). Dalam ayat lain, lanjutnya, keragaman adalah ujian bagi umat beragama. Ujian adalah tahapan yang harus dilalui agar seseorang bisa naik kelas. Derajat kemanusiaan umat beragama harus meningkat dari waktu ke waktu.
“Kita bisa naik kelas dengan ujian. Dengan demikian ujian adalah anugerah tuhan. Bentuk ujiannya adalah perbedaan,” jelasnya.
Ia mengingatkan, perbedaan, termasuk perbedaan agama, jangan sampai mengingkari inti pokok ajaran agama. Perbedaan atau keragaman adalah keniscayaan sehingga itu harus disikapi dengan toleransi.
Kasubdit Penyuluh Agama Islam, Amirullah, Kemenag akan terus melakukan penguatan Pokja Kampung Moderasi Beragama (KMB) di seluruh Indonesia sebanyak 1000 kampung yang sudah diluncurkan tahun lalu. “Moderasi beragama harus dilaksanakan, disosialisasikan, dan dikuatkan kepada ASN dan masyarakat umum,” katanya saat saat membuka kegiatan tersebut. Menurut Amir, moderasi beragama penting dilakukan agar masyarakat bisa mendeteksi potensi perpecahan. Ia melanjutkan, penguatan Kampung Moderasi Beragama bisa dilakukan dengan penguatan ekonomi, wisata, dan lainnya.
“Kampung Moderasi Beragama adalah upaya untuk menolak perpecahan antar umat beragama dan menjaga NKRI,” tambahnya. Ia menambahkan, perbedaan adalah sunnatullah sehingga itu harus dijaga dengan penuh kearifan. Dikatakan, seseorang menganut agama tertentu karena keluarga atau lingkungannya menganut agama itu. “Kita tidak diajarkan untuk membenci yang berbeda,” ujarnya. Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Utara, Saprudin, menceritakan, Kampung Moderasi Beragama di RW 016 Semper Barat, Cilincing diluncurkan pada Juni 2023 lalu dengan tema berbeda tapi senada. Menurutnya, KMB di wilayahnya ini terus berkembang berkat kebersamaan bersama, baik dari unsur pemerintah maupun masyarakat. “Rencananya, Pak Wapres, entah yang lama atau yang baru, akan hadir di KMB RW 016 sini,” katanya. Muhammad Andri, yang mewakili Walikota Jakarta Utara, menyambut baik kegiatan yang diadakan Direktorat Penerangan Agama, Bimas Islam. Ia berharap, KMB bisa semakin memperkuat dan mempererat toleransi antar umat beragama. Ia mengaku belum pernah menemukan konflik atau kekerasan atas nama agama di Cilincing meski masyarakatnya sangat beragam. “Semoga kita semua bisa menjaga kerukunan ini,” harapnya.
Sumber: https://nu.or.id/nasional/kampung-moderasi-beragama-bukan-untuk-seragamkan-yang-beda-SoxGE